Sabtu, 19 Maret 2011

HITAM DALAM HATI

Aku, kamu,… sehebat apapun kita, tak akan pernah bisa menduduki kuadran I. Batas kewajaran kita ada di kuadran II. Itu adalah kodrat. Namun, mereka selalu mengajak kita untuk memasuki kuadran tempat mereka tinggal yaitu kuadran III. Hal itu sangat mungkin terjadi karena mereka telah mengetahui kelemahan kita. Merekalah selicik-licik makhluk, merekalah sejahat-jahat makhluk, merekalah sehina-hina makhluk. Akan tetapi, kita selalu lupa bahwa mereka senantiasa menempel dan menggerogoti hati kita. Ketika kita diam melamun.., mereka ada. Ketika kita berbicara..., mereka ada. Ketika kita memandang dan mendengar..., mereka selalu ada. Merekalah musuh yang tak pernah mengaku kalah.

Namun sebenarnya, kita memiliki kunci untuk mengatasi semua ini. Mari kembali ke hakikat awal.

Kita sebagai hasil karya oleh yang Maha Pencipta, telah diberi hadiah yang sungguh luar biasa yang tak dimiliki ciptaan lainnya, yaitu ”kebebasan memilih”. Namun seiring dengan anugerah yang luar biasa ini terdapat tanggung jawab yang besar pula. Apakah kita menjadi putih..., atau justru menjadi hitam itulah pilihan yang akan selalu kita hadapi. Tak sedikit dari kita yang memilih hitam untuk dirinya., sehingga dunia yang kosong ini adalah surga bagi mereka. Apa yang selalu dilihat oleh mereka tak akan terlihat oleh kita, dan mereka pun tak akan pernah melihat apa yang kita lihat. Namun, kita belum pada akhir cerita. Kita masih bisa mengubah arah perjalanan apabila hari ini kita menyadari jalanan yang masih kita lalui adalah jalan yang salah. Memang, tinta yang telah digoreskan tak mungkin terhapus. Namun, kita dapat membuatnya tak terlihat dengan torehan tinta-tinta putih menutupi segala sisi hingga ke bagian terhitam sekalipun. Tak perlu berpikir terlalu rumit dan menyesal hingga hati kita terpuruk karena kita memiliki pencipta yang Maha Bijaksana.

Jumat, 18 Maret 2011

JAWABAN KECIL DARI KERUWETAN


Andai saja kedua pihak memahami dan mau menerima bahwa manusia tak akan bisa berada di kuadran I, sungguh indah sekali hari-hari yang akan kita lalui. Kusadari bahwa sulit untuk melihat hitamku. Bahwa ucapan, tingkah laku dan sikap ini seperti mesin penghancur bagimu. Aku kesulitan untuk melihat semua itu. Kaulah yang tahu. Tapi belum fahamkah?? Yang kubutuhkan hanyalah prasangka positif. Jika terus seperti ini adanya, aku tak kuasa untuk membendung penurunan rasa ini. Kenyamananku perlahan mulai hilang. Tapi tenang saja, ketika kumpulan ungkapan ini mengusik nuranimu dan kau masih yakin pada pendirianmu itu, aku tak akan pernah berprasangka buruk.

Perjalanan ini sudah tak lama lagi. Setelah sekian waktu ini aku tak berhasil juga menjawab kebingunganku akan sikap yang akan aku ambil. Namun, Tuhan pasti mendengar, dan aku tak mengetahui akan rencananya yang begitu Hebat. Baiklah! ini yang terbaik. Akan kujalani sebagaimana yang akan terjadi. Pada hakekatnya tanaman beserta bunganya yang indah dapat senantiasa tumbuh walau tanpa disirami karena hujan dan matahari akan menghidupinya.